Menyongsong tahun baru Islam
Perhitungan kalender Islam dibuat berdasarkan peredaran rembulan [ Komariyah], Siklus tiga-puluhan hari [satu bulan] dihitung atas dasar waktu peredaran bulan mengitari matahari .Dan secara fenomenal kita melihat sikuens perubahan bentuk bulan dari mulai bentuk sabit hingga menjadi bulan penuh dan kemudian kembali ke bentuk sabit. Gejala alam ini tanpak terus menerus di langit . Melalui pengamataan manusia yang cukup panjang maka peredaran satu siklus atau satu putaran itu kemudian disebut sebagaai satuan waktu, yang disebut satu bulan. Sejajar dengan sebutan dalam bahasa Inggris, month, dalam bahasa Perancis: mois, dalam bahasa Arab disebut syahr, yang artinya ialah "nampak" dalam kata Arab ada Masyhur yang artinya ialah "yang nampak", jadi "yang terkenal", pertimbangannya, karena penghitungan sik¬lus itu dimulai dari nampaknya bulan sabit atau hilal.
Walaupun perhitungan satuan waktu ini berdasarkan fenomena alam di langit ,sebenarnya ada sesuatu yang mendasar yang patut untuk kita perhatikan. Yaitu bahwa, perhitungan waktu berdasarkan kalender rembulan itu tidak cocok dengan peredaran musim, baik itu musim hujan ataupun musim kemarau bagi kta di wilayah tropis. Demikian juga perhitungan atas waktu kalender bulan ini juga tidak cocok untuk daerah sub tropis sebagaai daerah empat musim. Juga untuk perhitungan waktu di kedua kutub pada bumi ini. Karena musim musim itu beredar mengikuti perhitungan perjalanan matahari, bukan rembulan. Secara matematik siklus tahunan rembulan adalah sebelas hari lebih pendek daripada siklus tahunan matahari. Akibatnya, peredaran musim dalam kalen¬der rembulan tidak cocok untuk jadwal pertanian.
Tapi justru itulah letak hikmahnya kalender rembulan bagi manusia. Menurut Al-Qur'an, Surah al-Baqarah/2:189 :” Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, bulan sabit itu untuk menentukan waktu bagi manusia dan buat mengerjakan haji “ , dalam firman itu rembulan ditakdirkan peredarannya s ialah untuk menentukan waktu manusia beribadat, seperti berpuasa dan haji ke Makkah. Secara lebih tegasnya, perhitungan waktu menurut per¬edaran bulan dibuat dan dirancang terutama untuk perhitung¬an waktu beribadat [formal], bukan diutamakan untuk kegiatan praktis duniawi seperti kegiatan bercocok tanam dan perhitungan musim. Tetapidi sinilah memang letak hikmah Ilahi yang Maha Bijaksana. Sebab dengan mengikuti perhitungan rembulan, maka suatu ibadat seperti puasa dan haji akan beredar ke seluruh musim, ibadah itu, suatu saat jatuh pada musim panas, dan saat lain jatuh pada musim dingin. Demikian berjalan secara bergantian di seluruh wilayah bumi. Ini jelas terkait erat dengan desain Islam sebagai agama seluruh umat manusia, tidak peduli di mana mereka hidup, apakah mereka yang di belah¬an bumi utara atau mereka yang di belahan bumi selatan. Sebab kalau seandainya ibadat puasa ditetapkan menurut jadwal ka¬lender matahari, sebutlah, umpamanya, pada ibadah puasa itu dibulan Desember, maka akan terjadi ketidakadilan yang mencolok: orang-orang Muslim di belahan bumi utara akan selalu berpuasa di musim dingin yang sejuk dan pendek, dan orang-orang di be¬lahan bumi selatan akan selalu berpuasa di musim panas yang panjang dan gersang. Tetapi dengan digunakannya sistem per¬edaran rembulan sebagai patokan, maka semua orang di semua tempat, akan merasakan secara bergantian beribadah puasa dalam berbagai musim.
Mahasuci Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Selayaknya pemikiran yang inovatif dalam mengkaji kebenaran serta kecakapan untuk mengaplikasikan firman Allah dari al Quran. Maka dialah yang akan meresapi makna hidup beragama, akan menguasai ilmu dan menguasai teknologi .Merekalah nanti yang akan memancangkan tonggak peradaban baru, dialah yang mampu menghadapi tantangan masa depan.
agoesjoesoef 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar