Kebanyakan orang membenci kesedihan tetapi memilih kebahagiaan, itu hal manusiawi. Kelahiran manusia sekaligus menenggelamkannya dalam kehidupan dan tak mungkin menghindar dari kesedihan, karena kehidupan itu sesunguhnya bayang bayangnya adalah kesedihan. Seberapa perkasa manusia berusaha membentengi diri, seberapa kuat manusia berusaha melindungi diri dari kesedihan, kesedihan akan tetap datang dan datang lagi . Seperti pendulum semakin keras usaha kita mengayun diri memburu kebahagiaan, semakin keras pula kesedihan menghujam batin manusia. Dalam bukunya The Prophet karya Khalil Gibran di katakana disana : saat kita bercengkrama dengan kebahagiaan di ruang tamu, maka kesedihan tengah menanti kita di tempat tidur.
Bagi jiwa jiwa yang dipenuhi iman, dia akan sadar, bila kebahagiaan maupun kesedihan memiliki sifat yang sama, datangnya silih berganti dan tak pasti.Bahkan dengan sadar meyakini bahwa kebahagiaan dan kesedihan sesungguhnya berakar pada hal yang sama yaitu keinginan. Bila ke.inginan terpenuhi maka kebahagiaan akan mendampinginya. Sebaliknya saat keinginan tidak terpenuhi maka kesedihan datang bertamu pada jiwa. Sesungguhnya keinginan itulah ibu penderitaan.Dan kesadaran serupa inilah yang akan membimbing jiwa beriman dalam memasuki keheningan .
Derita akan meyucikan jiwa yang sadar bahwa dalam derita ada bimbingan kehidupan.Dan jika manusia berkonsentrasi kepada bimbingan kehidupan , dalam setiap kejadian, maka derita akan mengantarkan jiwa kita kepada cahaya.
Kebahagiaan memang menawan, tetapi tidak mengajarkan kita apa apa.Penderitaan memang penuh air mata, tetapi telah mengajarkan banyak terhadap jiwa manusia untuk menjadi lebih sempurna lewat keheningan. Keheningan yang sudah mencukupi jiwa, seperti layaknya elang terbang di angkasa, ikan yang berenang dalam air, rubah yang berlari di hutan, bintang yang bersinar di malam hari, Semua sempurna. Tak perlu ditambahkan, tak perlu dikurangi.Penambahan dan pengurangan dalam hidup mungkin saja kita buat, tetapi hanya akan melahirkan batin yang tidak sepenuhnya tenang-seimbang, selalu dibayangi ketakutan.
Sekaya apapun kita akan tetap miskin tanpa jiwa berkecukupan. Sebaliknya semiskin apapun kita, akan tetap berjiwa kaya manakala hidup berkecukupan. Pencerahan adalah seperti bayangan rembulan di atas air, Airnya tidak terpecah oleh bulan, jadi inti pencerahan adalah tidak tersentuh. Hati tidak tersentuh untuk marah saat di hujat. tidak sombong saat dipuji, tidak lekat pada kebahagiaan, tidak menolak kesedihan, keberhasilannya semata mata mendidik diri untuk berkecukupan.
Ada sebuah hadis yang mengatakan bahwa kelak nanti di hari pengadilan Allah akan mengatakan kepada mereka yang sabar: Sungguh Aku malu kepada mereka yang menerima setiap cobaan dariKu dengan sabar semata.
september 08 agoesjoesoef
Tidak ada komentar:
Posting Komentar