DIALAH ORANG YANG KAYA.
Syahdan di sebuah negeri memerintah lah seorang raja yang sangat kaya, wilayahnya sepanjang pesisir pantai, laut, daratan, dan pegunungan terbentang luas. Penghasilan masyarakatnya meliputi hasil laut, hutan, palawija dan industri kecil.
Pada suatu hari sang raja berkenan untuk berjalan keluar wilayah benteng istananya menyususri pantai dan bukit bukit, sepasukan perwira dan pengawalnya patuh mengikuti kemanapun sang raja berkehendak. Sampai tibalah sang raja di sebuah kampung yang tenang ditepi danau yang indah,perjalannya yang cukup panjang telah membuat penat sang raja, disampaikan kepada kepala pengawalnya sang raja ingin beristirahat sejenak.
Setelah ditemukan sebuah gubuk tua di tepi danau yang dipenuhi pohon pohon rindang, dengan sedikit lapangan terbuka disekitarnya, maka sang raja berniat istirahat disana. Seorang petani lelaki tua beserta istrinya bergegas menyambut sang raja,” Daulat tuanku berkenan singgah di gubuk hamba yang buruk ini”, sergah sang petani sambil bergetar antara takut dan suka didampingi isterinya.
Layaknya kedatangan tamu terhormat petani tua mencoba dengan tulus memberikan suguhan sebaik mungkin untuk sang raja. “Mohon diterima kami hanya punya semangkuk bubur nasi sayur hangat untuk paduka” sambil menyodorkan mangkuk berisi bubur nasi sayur hangat kepada sang raja.Namun tidak disangka jawaban sang raja : “ Kalau hanya semangkuk bubur hangat aku tidak butuh menerima, hai kakek tua “ dengan jumawan dijawab sang raja. Dengan tersenyum pahit sang petani tidak mampu menjawab sang raja, padahal hanya itulah makanan yang ada untuk sore nanti yang akan dimakan bersama isterinya, tidak ada yang lain.Dan tanpa menongok lagi sang raja istrihat untuk beberapa saat di sana.
Pada saat sang raja hendak beranjak melanjutkan perjalanan sempat terjadi dialog singkat:”Siapa namamu kakek tua ?” tanya sang raja. “ Hamba biasa dipanggil Kakek Danau tuanku, karena mungkin masyarakt mengetahui hamba sejak dulu tinggal di sini” jawab sang kakek dengan tenang, “Kenapa kamu tadi berani menawari aku semangkuk bubur?” tanya sang raja kembali. “ Hanya itulah harta berharga yang kami punya saat ini, dengan tulus hamba persembahkan kepada junjungan hamba sang raja, dengan rasa bangga” demikian kata sang kakek lagi.“ Kalau hanya semangkuk bubur hangat aku tidak butuh menerimanya “ demikian diulang sang raja dari atas kudanya.Sesaat dialog terhenti bersamaan dengan sang raja sambil membenahi sanggurdi kuda tempat menjejakkan kedua kakinya.” Perkenankan hamba menyampaikan berita sebelum tuanku pergi, semalam hamba bermimpi akan kehadiran tuanku ini,dan di dalam mimpi itu hamba memperoleh petunjuk bahwa besok akan mati seorang yang terkaya diwilayah kita ini , semoga ini menjadi pengingat bagi kita semua” demikian kata sang sang kakek danau, namun belum habis kalimat itu diucapkan sang raja telah bergerak meninggalkan sang kakek yang dalam keadaan masih membungkuk takjim.
Matahari hampir tergelincir di ufuk barat, dilatarbelakangi lembayung merah di beberapa sudut langit, sang raja telah memasuki tangga kerajaannya diikuti bayang bayang panjangnya. Tidak berhenti di benaknya selalu terdengar kata sang kakek danau tadi :”bahwa besok akan mati seorang yang terkaya diwilayah kita ini “. Belum habis seluruh tangga istananya di titi sang raja sambil berjalan sang raja memerintah kan kepala pengawalnya untuk memanggil tabib kerajaan sekarang juga.Sang raja sangat gundah dengan kata kata kematian yang diucapkan si kakek danau, bahkan saat ini diikuti rasa takut yang teramat sangat. Karena siapa lagi orang terkaya di wilayah ini kalau bukan dia sang raja?
Tabib memeriksa dengan seksama baginda, bahkan sampai berulang kali dilakukannya, namun tabib tetap pada kesimpulan bahwa sang raja dalam keadaan prima fisiknya serta sehat walafiat, tidak ada sedikitpun gangguan.Namun sang raja tetap gelisah, dan ahirnya sepanjang malam itu sang raja ditemani sang tabib dan kepala pengawalnya .
Berkas sinar pagi di cakrawala timur mulai terlihat berkas sinarnya memerah, disertai kokok ayam dan bunyi murai dan burung burung istana lainnya. Hari telah berlalu namun sang raja terlihat sehat walafiat, wajahnya terlihat ceria. Namun begitu mengingat kembali sang kakek danau, wajahnya terlihat geram, serentak sang raja memerintahkan sang pengawal untuk kembali kedanau pagi ini juga untuk menemui kakek danau “pembohong” itu.
Dingin pagi, angin terasa berhenti, matahari mulai merambat naik, permukaan danau yang berkabut sedikit ditembus sinar matahari pagi, suara burung senyap kecuali bunyi burung tekukur yang sendu berulang kali bunyinya dipuncak pohon jati.Sang raja dengan marah mebuka pintu rumah tua sang kakek danau dan menyerbu masuk beserta sangpengawal.
Berselimut selembar kain tua berbaring sang kakek danau kaku diatas pembaringan bambu yang beralaskan kasur tipis yang hampir habis kapuknya, sang nenek tertunduk disamping jenazah suaminya airmatanya sudah kering, karena sejak tadi malam menunggui jasad suaminya sang kakek danau...
“ Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nimat kepadamu “ [ QS: Ibrahim/14 : 7 ].
Bersyukur,Itulah kekayaan sesungguhnya, karena dengan ketulusan bersyukur, manusia akan diperkaya melalui sejumlah ni’mat oleh sang Maha Pencipta.
Dan dialah orang yang kaya sesungguhnya!.
Agoesjoesoef agustus 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar