Sebuah bentuk budaya baru manusia Indonesia.
Sopir muda yang meenjemputku siang itu dari Gambir sungguh bukan manusia biasa. Pada saat kendaraan akan berputar arah di Mampang prapatan dia dengan sadar menggunakan tanda belok, walaupun saya lihat ke belakang tak ada satupun kendaraan mengikuti kami.Dan yang kemudian menambah ku terpesona adalah berhentinya kendaraan kami di perempatan Teuku Umar-Sutan Syahrir, karena semata mata lampu stopan dari arah kami menyala merah. Dan sekali lagi aku melihat ke belakang, kiri,kemudian kanan tak ada satupun mobil siang itu melintas di sana. Sementara sopir muda itu dengan tenang menunggu disertai sedari tadi diiringi lagu Eric Gale yang berjam session dengan Bob James lewat lagunya “Looking Good”yang menghentak lembut, rupanya sejak tadi dia “tuned” di radio CNJ.
Inilah sebuah pemandangan yang langka di ibu kota Jakarta.Kebanyakan mahluk jalanan di kota ini, berbelok,berhenti bahkan memotong jalan sesuka hati,mentang-mentang sepi.Dan kita sering merasa aman bila tidak ada orang lain di jalan.Buang sampah,pembakaran hutan karena tidak ada hukuman yang nyata kita mejadi mentang-mentang, dan ahirnya Negara kita dikenal sebagai tong sampah tebesar di dunia.
Mentang mentang tukang becak melintas seenaknya, bahkan untuk melintasi jalan yang berlawanan arah dengan arus lalulintas yang seharusnya.Mentang-mentang miskin boleh memanfaatkan kemiskinannya sehingga dengan bebas menengadahkan tangan meminta minta tengah badan jalan yang seringkali kemudian sangat mengganggu kelancaran berkendaraan.Mentang-mentang cacat dengan kereta dorongnya menghadang para pemakai kendaraan untuk dimintai belaskasihannya karena kecacatannya tanpa menyadari separuh badan jalan sudah dia gunakan untuk tempat nongkrong kereta dorongnya yang sudah diberi berpayung pula.Siap untung menyongsong panas dan hujan Jakarta.
Mentang mentang berkuasa hanya karena ketidak lengkapan kendaraannya yang baru dibelinya karena tidak ada dongkrak, aparat penguasa ini marah marah kepada petugas dealer mobil yang baru dibelinya sambil menunjukan kartu anggota .Yang pada ahirnya dongkrak yang dia cari ada terselip di balik karpet mobil barunya. Dan ironisnya tuan penguasa itu tidak mengucapka satu kata apapun apalagi minta maap tapi ngeloyor pergi tanpa rasa beban bersalah.
Dengan modal mentang-mentang karena sedang ber sedih,menangis, duka cita, dan kita menjadi memiliki hak istimewa untuk dibantu,untuk meminta,untuk diberi.
Mentang mentang paling kaya, semua masalah dan maunusia yang menjalankan organisasinya, dapat dia dia arahkan sesuai keinginannya walaupun tidak lagi sejalan dengan program kerja yang telah disepakati. Bahkan mentang mentang kaya dia boleh saja mendakwa bahkan mencaci orang lain yang salah, bukan memafkan apalagi menutupi kesalahannya. Bahkan dia dengan bebas setiap bertemu dengan oranglain membuka semua aib orang itu.
Mentang-mentang dia ahli,menguasai setiap materi pembica raan, senantiasa dengan caranya menganggap orang lain adalah manusia manusia bodoh,tak berarti, bahkan tak berbudaya. Tanpa diminati untuk mengajarkan apalagi menjelaskan arti setiap penjelasannya.Semakin orang lain bingung, semakin tersanjunglah dia sebagai ahli.
Budaya mentang-mentang ini telah menjalar merasuk nadi kehidupan, seperti kita lihat tadi. Tidak peduli dia miskin, tidak peduli dia kaya, tidak peduli penguasa, tidak peduli dia berilmu. Manusia berbudaya serupa sopir muda itu adalah mahluk langka, bahkan mungkin punah sudah sekarang ini.
Kita sedang melihat air kehidupan yang kita anggap sanggup memenuhi dahaga kita, tetapi sesungguhnya kita sedang melihat fatamorgana.Kita sedang memasuki era “kegelapan yang bertingkat tingkat”.Yang hitamnya menggumpal di dada, di hati. Segelap lautan yang ombak dan awan sebagai sekutunya berwarna kelam, menjadikan jiwa kita linglung.Kita sudah tidak sama sekali mampu melihat cahaya iman dan bahkan tidak lagi berkeinginan untuk melihatnya.Karena kita telah menjadi mahluk yang berpenglihatan gelap,pendengaran gelap,lisan gelap dan hati gelap.
“ Allah adalah cahaya langit dan bumi.Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing kepada cahayaNya siapa yang Dia kehendaki” [an Nur .]
Semoga kita termasuk kepada mereka yang Allah bimbing. amin
agoesjoesoef. feb 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar