April 25, 2011

SIAPA SRIGALA, SIAPA MANUSIA

Dalam dinginnya malam, seekor srigala berdiri tegak diatas sebuah bukit kecil, nalurinya bagai radar, dalam keadaan laparnya, dia sedang mencari mangsa. Angin malam bertiup sepoi2 dari utara, membawa bebauan sekawanan mangsa, membuat srigala mendirikan kedua kupingnya, dan mengarahkan hidungnya dengan penciumannya yang terkenal tajam kesana. Sesat kemudian, setelah dia pastikan ada mangsa disana, dia bergerak berlari tidak bergegas namun pasti penuh waspada menuju sasarannya. Cukup lama dia berlari akhirnya dia melihat seberkas sinar api unggun yang dikelilingi sepuluh laki-laki, sementara disebelah sisilain berkumpul sekumpulan domba dan biri-biri, rupanya,mereke adalah penggembala yang sedang menikmati malam dan istirahat di sana. “ Kita bunuh saja Yusuf, masukan dia ke sumur dan kita sampaikan kepada ayah bahwa dia hilang entah kemana” tiba tiba terdengar seorang lelaki di sana berkata. Srigala mengendap menghampri mereka untuk memangsa satu dombanya, dengan sabar dia menanti peluang yang baik untuk melakukan tindakan itu, sementara itu dia mendekam di atas tanah. “ Jangan, kita pulul saja dengan batu, waktu Yusuf tidur” kata yang sebelah sana . “ Tidak lebih baik kita cekik, dan bajunya kita lumuri darah domba, dan kita bilang sama ayah kalau Yusuf sudah di mangsa srigala” Mendengar kata srigala itu, srigala yang sedang mengintai kaget, sehingga menyadarkan kesepuluh pria itu, yang secara serentak kemudian memburunya. Srigala berlari, dan berlari penuh dengan ketakutan yang sangat, namun sesat kemudian kakinya terjebak sesuatu sehingga dia terbanting, dan terhenti, rupanya jebakan srigala yang dipasang gembala telah memangsa kakinya. Dengan buas kesepuluh manusia itu memukulinya hingga dia berdarah-darah, dan pingsan.
“Ayah Yusuf telah meningal dimakan srigala”, demikian disampaiakan salah satu dari sepuluh saudara Yusuf kepada ayahnya. “dan ini srigala jahat itu kami bawa, dan ini pakaian Yusuf”, sambil menunjukan sepotong pakaian yang tercabik dan berdarah. Ayah Yusuf sangat bersedih, dan dia tidak menjawab hanya dalam hatinya dia berkata “ aku sudah tahu niatmu anak2ku”. Srigala yang berada dalam kurungan itu menyampaikan kepada ayah Yusuf : “Wahai orang tua, sungguh aku telah dianiyaya mereka, sungguh tidak ada keterkaitan aku dengan matinya anakmu”
Srigala kita kenal adalah sebagai mahluk pemangsa yang ganas, dengan taring dan terkamannya sanggup menaklukan mangsa dengan mudah. Namun demikian srigala adalah mahluk yang lembut, dalam waktu senggangnya dia bercengkrama gembira dengan keluarga dan koloninya. Srigala memilki kehidupan social yang rukun, dia memilki tim kerja yang baik dengan sesamanya terutama saat berburu. Srigala makan hanya cukup untuk ukuran perutnya, dan kemudian berpuasa lama hingga dia betul-betul lapar kembali dan memang perlu melakukan perburuan. Mereka berbagi rata dengan sesama anggota koloninya, srigala bukan mahluk serakah yang yang hanya mementingkan diri sendiri, yang bila perlu menghianati sesamanya. Srigala adalah mahluk yang sudah cukup apabila ukuran perutnya sudah terpenuhi, bukan mahluk yang serakah, gemar mengumpulkan segalanya yang gunanya hanya untuk menunjukan satus semata. Salah satu cirri khas srigala adalah berkemampuan menunjukan taring sebagai bukti siapa dirinya, hal itu adalah sekaligus kelemahan srigala dibandingkan manusia. Srigala dengan “senyumnya” yang bertaring adalah gambar taring yang selalu siap memangsa lawannya, lawan yang mengusiknya atau mangsanya sebagai pelanjut hidupnya, yang akan mengisi rongga perutnya. Lain dengan manusia, manusia mampu berekspresi lewat senyum yang bisa saja tidak menggambarkan hatinya, senyum yang manis mempesona yang kemudian bahkan melibas mahluk mahluk sejenisnya, kata yang paling tepat dalam sejarah disebut homo homini lupus, manusia adalah srigala bagi manusia lainnya. Pertanyaannya, siapakah sesungguhnya srigala, siapa yang sesungguhnya manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar